Minggu, 06 Maret 2016

FILSAFAT ILMU Epistimology Sains : Alat dan Langkah Tata Kerja Metode Ilmiah



 
 BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Suatu peristiwa atau kejadian, pada dasarnya tidak pernah lepas dari peristiwa lain yang mendahuluinya. Demikian juga, dengan timbul dan berkembangnya filsafat maupun ilmu. Menurut Rinjin, filsafat dan ilmu timbul dan berkembang karena akal budi, thauma, dan aporia.[1]
Dengan akal budinya, kemampuan manusia dalam bersuara bisa berkembang menjadi kamampuan berbahasa dan berkomunikasi sehingga manusia disebut sebagai homo loquens dan animal symbolicum. Dengan akal budinya, manusia dapat berpikir abstrak dan konseptual sehingga dirinya disebut sebagai homo sapiens (makhluk pemikir) atau menurut Aristoteles, manusia dipandang sebagai animal that reasons yang ditandai dengan sifat selalu ingin tahu (all men by nature desire to know).
Pada diri manusia melekat kehausan intelektual (intellectual curiosty), yang menjelma dalam wujud beragam pertanyaan. Bertanya adalah berpikir dan berpikir dimanifestasikan dalam bentuk pertanyaan. Manusia merupakan makhluk yang memiliki rasa kagum (Thauma) pada segala sesuatu yang diciptakan oleh Sang Pencipta, misalnya kekaguman pada matahari, bumi dan dirinya sendiri, dan sebagainya.
uqèd Ï%©!$# Ÿ@yèy_ š[ôJ¤±9$# [ä!$uÅÊ tyJs)ø9$#ur #YqçR ¼çnu£s%ur tAÎ$oYtB (#qßJn=÷ètFÏ9 yŠytã tûüÏZÅb¡9$# z>$|¡Åsø9$#ur 4 $tB t,n=y{ ª!$# šÏ9ºsŒ žwÎ) Èd,ysø9$$Î/ 4 ã@Å_ÁxÿムÏM»tƒFy$# 5Qöqs)Ï9 tbqßJn=ôètƒ ÇÎÈ  
Artinya; “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak[2] [669]. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”[3]

Kekaguman tersebut kemudian mendorong manusia untuk berusaha mengetahui alam semesta serta asal usulnya (masalah kosmologis). Ia juga berusaha mengetahui dirinya sendiri, eksistensi, hakikat, dan tujuan hidupnya.
Faktor lain yang juga mendorong timbulnya filsafat dan ilmu adalah masalah yang dihadapi manusia (aporia). Kehidupan manusia selalu diwarnai masalah, baik masalah yang bersifat teoritis maupun praktis. Masalah mendorong manusia untuk berbuat dan mencari jalan keluar yang tidak jarang menghasilkan temuan yang sangat berharga (necessity is the mother of science).
Filsafat ilmu merupakan bagian dari Epistemologi yang secara sepesifik mengkaji hakekat ilmu. Dalam bentuk pertanyaan, pada dasarnya filsafat ilmu membicarakan hakikat (segala sesuatu), ini berupa tentang hakikat segala sesuatu (ontology), bagaimana proses memperoleh pengetahuan atau (epistemologi), dan bagaimana guna pengetahuan (aksiologi), oleh karena itu ruang lingkup induk filsafat ilmu ada 3 yaitu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi.[4]
Tapi di dalam makalah ini, akan di kaji tentang “Epistemologi Sains: Alat dan Langkah Tata Kerja metode Ilmiah”. Epistemologi berkaitan dengan bagaimana proses di perolehnya pengetahuan, bagaimana prosedurnya untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang benar.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.    Apakah Epistemologi Sains itu?
2.    Apakah Kegunaan Pengetahuan Sains?
3.    Bagaimana Penjelasan Tentang Ilmu Pengetahuan (Pengetahuan Ilmiah)?
4.    Bagaimanakah cara memperoleh pengetahuan dengan metode ilmiah?

C.  Tujuan Pembahasan
1.    Untuk mengetahui Epistemologi Sains
2.    Untuk mengetahui Kegunaan Pengetahuan Sains
3.    Untuk mengetahui Penjelasan Tentang Ilmu Pengetahuan (Pengetahuan Ilmiah)
4.    Untuk mengetahui cara memperoleh pengetahuan dengan metode ilmiah