MAKALAH
REVOLUSI PERKEMBANGAN
ILMU PENGETAHUAN
Oleh
: Ach Syaikhu
A. Pendahuluan
Berbicara
soal revolusi perkembangan ilmu pengetahuan tidak bisa dilepaskan untuk
memperbincangkan proses perkembangan pola pikir manusia, dari sini akan dapat
diketahui tahapan tahapan pemikiran manusia dari berfikir yang amat sederhana
sampai berfikir modern dengan diketahuinya tahapan proses perkembangan pola
pikir manusia maka tahapan tahapan perkembangan ilmu pengetahuan juga dapat
diketahui dengan jelas, sebab antara perkembangan pola pikir manusia dengan
perkembangan ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahakan ibarat dua mata pisau yang
saling keterkaitan. Terjadinya revolusi ilmu pengetahuan akibat terjadinya
proses perkembangan pola pikir manusia, terjadinya pemikiran modern pada
manusia karena majunya ilmu pengetahuan.
Pemikiran
manusia selalu berkembang terus sesuai dengan kepuasan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, hal ini terjadi karena manusia tergolong makhluk yang berakal.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yusuf yang mengatakan bahwa, manusia umumnya
dikonsepkan sebagai hewan yang berfikir (hayawᾰn nᾰtiq). Daya berfikir, yang
dalam falsafah Islam dikatakan sebagai salah satu daya yang dipunyai oleh roh,
disebut akal. Akal dipandang sebagai esensi manusia[1].
Hal tersebut dijelaskan dalam al-qur’an surat At Tiin ayat 4, yang artinya :
“
Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya”[2].
Dari
ayat tersebut sudah jelas bahwa manusia diciptakan Allah sebaik baik makhluk
karana manusia diberi akal. Akal manusia menurut Hakim dan Soebani adalah
merupakan kecakapan untuk menciptakan alat kerja bagi dirinya dan secara bebas
mengubah-ubah pembuatan alat kerja itu. Akal mencapkan manusia menyadarkan diri
akan kepentingan individu[3].
Dari tiga dasar tersebut di atas pada diri manusia selalu muncul perasaan yaitu
rasa ingin tahu. Dengan rasa ingin tahu manusia yang terus berkembang dan
seolah olah tanpa batas maka manusia akan mendapatkan perbendaharaan
pengetahuan pada manusia itu sendiri. Pada awal peradaban manusia terjadi
keterbatasan pengetahuan yang disebabkan oleh keterbatasan pengindraan, baik
langsung maupun dengan alat, keterbatasan penalaran manusia pada saat itu untuk
memuaskan hasrat ingin tau maka manusia pada saat itu berfikir sederhana,
berfikir model inilah yang disebut mitos.
Pola
pikir sederhana ini pada awalnya sudah cukup memberikan kepuasaan kepada
manusia, seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan maka manusia
mulai bingung lagi dalam memenuhi kepuasan hidup, manusia mulai berusaha lagi
untuk membongkar rahasia alam. Mawardi dan Hidayati mengatakan bahwa,
masyarakat dahulu dapat menerima mitos karena keterbatasan pengetahuan,
pengalaman dan pemikiranya, sedangkan hasrat ingin tahunya berkembang terus.
Itulah sebabnya mitos merupakan jawaban yang paling memuaskan pada masa itu.
Puncak hasil pemikiran ini terjadi pada zaman Babylonia yaitu kira-kira tahun
700 – 600 SM[4].
Dalam
menggambarkan terjadinya kreatifitas pimikiran manusia dalam bingkai
filsafat, shifting paradigms (perubahan pemikiran) adalah sebuah istilah yang
pas untuk diungkapkan. Shifting paradigms
merupakan reaksi ide yang merangsang timbulnya ide ide yang lain, yang terjadi
terus menerus, sambung menyambung, baik dari manusia yang sama maupun pada
manusia yang berbeda, reaksi yang berkesinambungan pada giliranya memunculkan
kekuatan yang dapat merubah tatanan
dunia serta peradaban manusia ke arah sebuah kemajuan. Setelah proses shifting paradigms berkembang cepat maka
muncullah ilmuan-ilmuan dengan berbagai disiplin ilmu, dari sinilah terlihat
bahwa pemikiran manusia semakin maju.
Kecondongan
para ilmuan untuk menikmati ilmu pengetahuan yang dirumuskan bersama dengan
paradigmanya, membuat rasa ingin tahu yang mendalam oleh sebagian ilmuan
lainya, seperti yang dialami oleh Thomas Samuel Kuhn. Ia melihat adanya ketidak
pedulian terhadap sesuatu yang ada dibalik ilmu pengetahuan itu. Di satu pihak
masyarakat hanya menikmati ilmu pengetahuan dalam kontek praktis, di sisi lain
para ilmuan menerapkan penelitian dan ekperimenya dengan kadar persepsinya
terhadap alam yang menurutnya sudah tepat. Kedua sikap tersebut menuntunya
untuk melakukan sebuah upaya mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan berkembang tidak
lepas dari paradigma ilmuan. Maka Thomas Samual Kuhn ingin mencetuskan apa yang
ia sebut sebagai revolusi ilmu pengetahuan (science
revolution). Dalam tulisan ini kami akan menyuguhkan apa yang dimaksud
dengan revolusi ilmu pengetahuan dalam
perspektif Thomas Samual Kuhn serta revolusi dalam wacana pendidikan. Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Paradigma
Revolusi Ilmu Pengetahuan (Sains)?
2. Bagaimana Paradigma Revolusi Ilmu
Pengetahuan(sains) dalam perspektif Thomas S Kuhn dan Revolusi wacana
Pendidikan?
B. Pembahasan.
1. Paradigma Revolusi Ilmu Pengetahuan
(Sains)
a. Pengertian Revolusi
Batasan
pengertian revolusi bisa diartikan sebuah perubahan sosial dan kebudayaan yang
berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan
masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau
tanpa direncanakan terlebih dahulu. Ia bisa dijalankan dengan bentuk kekerasan
ataupun tidak. Ukuran kecapatan suatu perubahan sebenarnya relative karena
revolusi pun dapat memakan waktu lama, misal revolusi industry di Inggris yang
memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap cepat karena mampu mengubah
sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat seperti system kekeluargaan dan hubungan
antara buruh dan majikan yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Revolusi
menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sitem
lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru[5].
Secara
umum, revolusi mencakup jenis perubahan
apapun yang memenuhi syarat- syarat tersebut. Misalnya revolusi Perancis yang
mengubah wajah dunia menjadi modern. Sejarah modern mencatat dan mengambil
rujukan revolusi mula-mula revolusi Perancis, kemudian revolusi Amereka. Namun,
revolusi Amereka lebih merupakan sebuah pemberontakan untuk mendapatkan
kemerdekaan nasional, ketimbang sebuah revolusi masyarakat yang bersifat domestik
seperti revolusi Perancis. Begitu juga dengan revolusi pada kasus perang
kemerdekaan Vietnam dan Indonesia. Maka konsep revolusi kemudian sering dipilih
menjadi dua : revolusi social dan revolusi nasional[6].
Perubahan
yang dihasilkan dari revolusi tidak selamanya persoalan yang bersifat sosial
dan politik, melainkan persoalan ilmu pengetahuan juga pernah menjadi
pembahasan dan realisasi dalam dialektika sejarah para pakar keilmuan juga
termasuk di dalamya ilmu pengetahuan agama, sehingga terjadi perkembangan
aliran-aliran pemikiran pada setiap agama, munculnya aliran baru pada setiap
agama bisa dikatakan sebagai revolusi. Dalam sejarah Islam ada periode yang
disebut modern. Badri Yatim mengatakan, pada periode ini memang merupakan zaman
kebangkitan kembali Islam, setelah mengalami kemunduran diperiode pertengahan.
Pada periode ini mulai bermunculan pimikiran pembaharuan dalam Islam. Gerakan
pembaharuan itu paling tidak muncul karena dua hal. Pertama, timbulnya
kesadaran dikalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran “asing” yang masuk dan
diterima sebagai ajaran Islam. Ajaran-ajaran itu bertentangan dengan semangat
ajaran Islam yang sebenarnya seperti bid’ah, khurofat, dan takhayul. Ajaran
inilah, menurut mereka, yang membawa
Islam menjadi mundur. Oleh karena itu, mereka bangkit untuk membersihkan Islam
dari ajaran atau faham seperti itu. Gerakan ini dikenal sebagai gerakan
reformasi. Kedua, pada periode ini barat mendominasi dunia dibidang politik dan
peradaban, persentuhan dengan barat menyadarkan tokoh-tokoh Islam akan
ketinggalan mereka. Karena itu mereka berusaha bangkit dengan mencontoh barat dalam masalah-masalah politik dan
peradaban untuk menciptakan balance of
power[7]. Dua
gerakan dalam proses pembaharuan Islam ini bisa disebut revolusi ilmu
pengetahuan agama dalam Islam.
b. Paradigma Revolusi Ilmu Pengetahuan.
Munculnya
revolusi sains karena terjadi suatu penyimpangan yang sering disebut anomali
dalam riset ilmiah disertai munculnya persoalan yang tidak bisa diselesaikan
dengan paradigma yang menjadi referensi riset. Lalu para ilmuan sambil
menggunakan paradigma lama dengan memperluas mengembangkan paradigma baru
sebagai tandingan untuk memecahkan masalah dan membimbing riset berikutnya.
Jika ini terjadi, maka lahirlah revolusi
sains.
Revolusi
sains merupakan episode perkembangan non-kumulatif, di mana paradigma lama
diganti sebagian atau seluruhnya oleh paradigma baru yang bertentangan. Transformasi-transformasi
paradigma yang berurutan dari paradigma yang satu ke paradigma yang lainya
melalui revolusi. Adalah pola perkembangan yang biasa dari sains yang telah
matang. Jalan revolusi sains menuju sains normal bukanlah jalan bebas hambatan[8].
Di
antara para ilmuan tidak mesti mau menerima paradigma baru sebagian juga
menolaknya hal ini menjadikan masalah tersendiri. Dalam penentuan paradigma
tidak ada barometer standar yang lebih
tinggi dari pada persetujuan masyarakat yang bersangkutan. Harus ada kemampuan
untuk mengamati terhadap sifat dan dampak logika juga teknik-teknik argumentasi
persuasive yang efektif di dalam kelompok guna membentuk masyarakat sains. Oleh
karena itu permasalahan paradigma sebagai dampak pada proses revolusi sains,
hanya sebuah kesepakatan yang sangat ditentukan oleh kalangan masyarakat sains
itu sendiri, semakin paradigma baru diteriama oleh mayoritas masyarakat sains,
maka revolusi sains semakin nampak eksistensinya.
Ketika
revolusi ilmu pengetahuan berlangsung, para ilmuan melihat sesuatu yang baru
dan berbeda dengan apa yang pernah mereka lihat seperti ketika menggunakan
instrumen-instrumen dan obyek dalam melakukan riset. Selanjutnya para ilmuan
tidak mau menerima paradigma baru sebagai landasan risetnya, dan tetap bertahan
untuk menggunakan paradigma yang telah dibongkar serta tidak mendapat dukungan
dari mayoritas masyarakat sains, maka hasil risetnya tidak ada gunanya sama
sekali.
2. Paradigma Revolusi Ilmu Pengetahuan
(sains) dalam Perspektif Thomas S Kuhn dan wacana pendidikan
a. Paradigma Revolusi Ilmu Pengetahuan
(Sains) dalam Perspektif Kunh.
Untuk
mengetahui dan bisa memahami pemikiran Thomas
Samuel Khun, perlu mengenal lebih jauh
siapa Thomas Samuel Khun. Ia (18 Juli 1922 – 17 Juni 1996)
lahir di Cincinnati, Ohio. Ia adalah seorang Fisikawan Amerika
dan filusuf yang menulis secara ekstensif tentang sejarah ilmu
pengetahuan dan mengembangkan gagasan beberapa penting
dalam sosiologi dan filsafat ilmu. Thomas Kuhn memperoleh
gelar BS dalam fisika di Universitas Harvard tahun
1943. Kemudian ia menyelesaikan MS dan Ph.D. Jurusan Fisika pada
tahun 1946 dan 1949. Sebagaimana ia menyatakan dalam beberapa halaman
pertama dari kata pendahuluan untuk edisi kedua dari The Structure of
Scientific Revolutions, tiga tahun mendapat bebas akademik
sebagai Junior Fellow Harvard membuat dia untuk beralih dari fisika ke
dalam sejarah (dan filsafat) ilmu pengetahuan. Sejak tahun 1948 sampai
1956 atas saran presiden universitas James Conant, dia kemudian mengajar
kursus dalam sejarah ilmu di Harvard. Kemudian setelah meninggalkan
Harvard. Kuhn mengajar di University of California, Berkeley , di
departemen filsafat dan departemen sejarah, sebagai Profesor Sejarah Ilmu
Pengetahuan di 1961. Di Berkeley, ia menulis dan menerbitkan (1962)
karyanya paling dikenal dan paling berpengaruh:[9]
The Structure of Scientific Revolutions . Pada tahun 1964, ia
bergabung Princeton University sebagai Profesor Taylor M. Pyne
Filsafat dan Sejarah Ilmu Pengetahuan. Pada tahun 1979, ia bergabung
dengan Massachusetts Institute of Technology (MIT)
sebagai Laurance Rockefeller S. Profesor Filsafat, yang tersisa di
sana sampai 1991. Thomas Samual Kuhn diwawancarai dan direkam fisikawan
Denmark Niels Bohr hari sebelum kematian Bohr. Pada tahun 1994, Kuhn
didiagnosa menderita kanker dari tabung bronkial , di mana
ia meninggal pada tahun 1996[10].
Konsep
sentral Kuhn adalah apa yang dinamakan paradigma. Istilah ini tidak dijelaskan
secara konsisten, sehingga dalam berbagai keteranganya sering berubah konteks
dan arti. Pemilihan kata ini erat kaitanya dengan sains normal, yang oleh Kuhn
dimaksudkan untuk mengemukakan bahwa beberapa contoh praktik ilmiah nyata yang
diterima (yaitu contoh- contoh yang bersama-sama mencakup dalil, teori,
penerapan dan instrumentasi) menyajikan model-model yang melahirkan
tradisi-tradisi padu tertentu dari riset ilmiah. Atau ia dimaksudkan sebagai
kerangka refrensi yang mendasari sejumlah teori maupun praktik praktik ilmiah
dalam periode tertentu[11].
Thomas
Samual Kuhn menyatakan bahwa ilmuan bukanlah para penjelajah berwatak pemberani
yang menemukan kebenaran-kebenaran baru. Mereka lebih mirip para pemecah teka
teki yang bekerja didalam pandangan dunia yang sudah mapan. Ilmu bukan
merupakan untuk menemukan obyektifitas dan kebenaran, melainkan lebih
menyerupai upaya pemecahan masalah didalam pola-pola keyakinan yang lebih
berlaku[12].
Selanjutnya
Thomas Samual Kuhn mempertegas bahwa perkembangan sains terjadi karena adanya
paradigma yang lebih baru dan lebih maju dalam hal revolusi sains. Proses
perkembangan tersebut adalah revolusi dari permulaan yang asli; yaitu suatu
proses dimana tingkatan-tingkatanya ditandai oleh pemahaman terhadap alam yang
semakin detail dan canggih[13].
Khun’s paradigma concept continued
to be criticized, especially by historians and philosophers of science.
Interestingly, especially to khun, those outside the discipline of the history
and philosophy of science were more receptive to structure.
Konsep
paradigma khun berlanjut menjadi kritikan terutama oleh para sejarawan dan para
filosofis ilmu. Ketertarikan utama pada khun diluar disiplin sejarah dan
filsafat ilmu yang lebih menerima konsep matang.
Dari uraian
apa yang dinyatakan oleh Thomas Samual Kuhn
menjadi dasar proses terjadinya revolusi ilmu pengetahuan yang pada giliranya muncul paradigma-paradigma
baru yang menganti posisi paradigma lama dari sebagian paradikma atau
keseluruhan paradigma lama. Proses inilah yang dibut revolusi ilmu pengetahuan.
b.
Revolusi
Ilmu Pengetahuan dalam Kontek Wacana Pendidikan.
Pengertian
revolusi ilmu pengetahuan dalam kontek wacana pendidikan tidak berarti kita
akan membahas persoalan pendidikan secara makro misal sistem kelembagaan secara
luas, akan tetapi kami akan membahas persoalan pendidikan yang berfokus pada teori
belajar dengan mengambil inspirasi pada paradigma revolusi ilmu pengetahuan.
Istilah
paradigma identik dengan “skema” dalam teori belajar. Skema adalah suatu
struktur mental atau kognisi yang denganya seseorang secara intelektual
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema ini akan beradaptasi dan
berubah seiring perkembangan mental anak. Perubahan sekema ini bisa mengambil
bentuk asimilasi atau akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang
denganya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru
kedalam skema atau pola yang sudah ada didalam pikiranya.
Dalam
menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru baik yang tidak sesuai dengan
skema yang ada (data anomali), adakalanya seseorang tidak dapat
mengasimilasikan pengalaman yang baru itu dengan skema yang ia miliki.
Pengalaman yang baru ini bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan paradigma
yang ada. Dalam keadaan seperti ini orang tersebut akan mengadakan akomodasi,
yaitu membentuk skema baru yang dapat sesuai dengan rangsangan yang baru, atau
modifikasi skema yang ada sehingga sesuai dengan data anomali itu. Inilah yang
disebut revolusi skema[14].
C.
Kesimpulan.
Dalam
membahas revolusi sains tidak lepas dengan sebuah bahan sejarah perkembangan
pola pikir manusia. Perkembangan pola pikir manusia bisa diketahui sebagai
proses terjadinya revolusi ilmu pengetahuan.
Revolusi
bisa diartikan sebagai suatu perubahan sosial yang bisa terjadi karena
direncanakan atau tidak direncanakan, dan juga bisa dilaksanakan dengan bentuk
kekerasan. Perubahan yang dihasilkan revolusi tidak mesti bersifat sosial dan
politik. Melainkan terjadi juga dalam ilmu pengetahuan, selanjutnya disebut
revolusi ilmu pengetahuan.
Revolusi
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu proses pergantian paradigma ke paradigma baru.
Baik sebagian atau keseluruhan dari paradigma. Hasil revolusi akan eksis jika
mendapat banyak dukungan dari masyarakat ilmuan.
Dalam
perspektif Thomas S Kuhn ilmuan adalah sesorang yang berupaya untuk memecahkan
masalah didalam pola-pola keyakinan yang lebih berlaku bukan sekedar menemukan
kebenaran-kebenaran baru. Dan perkembangan ilmu pengetahuan karena adanya
paradigma baru yang lebih maju, sehingga muncul proses revolusi ilmu
pengetahuan.
Revolusi
ilmu pengetahuan dalam hubunganya dengan pendidikan adalah hanya membahas persoalan pendidkan terkait dengan
teori-teori belajar dengan inspirasi pada kejadian revolusi ilmu pengetahuan.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahan, 1978 Yayasan
Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran Al-Qur’an, Departemen Agama RI. Jakarta
Berger, Peter L. 1991. Langit Suci: Agama Sebagai Realitas Sosial.
Jakarta : LP3ES.
Burung , Alexander. 2004.Thomas
Kuhn , Stanford Encyclopedia of Philosophy.
Hakim, Atang Abdul dan Beni Saebani. 2008 .Filsafat Umum Dari Metologi Sampai Teofilosofi, Cet-1, Bandung: Pustaka Setia
Henry, D. Aiken. 2002. Abad Ideologi,terj. The Age of Ideologi, penj.
Sigit Jatmiko,Yogyakarta : Kembang Budaya.
Hikam, Muhammad A. S. 2000. Islam Demokrasi
dan Pemberdayaan Civil Society. Jakarta : Erlangga.
Kuhn, Thomas S. 1970. The Structure of Scientific Revolutions, (Chicago:
The University of Chicago Press).
Kuhn, Thomas. 1993. Peran
Paradigm Dalam Revolusi Sains, terj dari The Structure of Scientific
Revolutions. Bandung: CV Remaja Karya.
Mawardi dan Nur Hidayati. 2000. IAD-ISD-IBD.
CV Pustaka Setia. Bandung.
Yatim, Badri. 1995. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Yusuf, Yunan. 2003. Corak
Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar : Sebuah Telaah atas Pemikiran Hamka Dalam
Teologi Islam. Cet II. Jakarta : Penerbit Penamadani.
http://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi
diaksespada tanggal 22 Maret 2015
http://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_Kuhn
diakses pada tanggal 22 Maret 2015
[1] Yunani Yusuf. Corak
Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar : Sebuah Telaah atas Pemikiran Hamka Dalam
Teologi Islam. Cet II. Penerbit Penamadani. Jakarta. 2003. Hlm 123
[2] Al-Qur’an,
Al-Qur’an dan Terjemahan,Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran Al-Qur’an,
Departemen Agama RI. Jakarta,1978
[3] Atang Abdul Hakim
dan Beni Saebani, Filsafat Umum Dari
Metologi Sampai Teofilosofi, Cet-1, Bandung:
Pustaka Setia, 2008 hlm 296
[4]Mawardi dan Nur Hidayati. IAD-ISD-IBD. CV Pustaka Setia. Bandung.
2000.
[5] Revolusi. http://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi
diaksespada tanggal 22 Maret 2015
[6] Ibid
[8] Henry, D. Aiken, Abad Ideologi,terj. The Age of
Ideologi, penj. Sigit Jatmiko,Yogyakarta : Kembang Budaya, 2002.
[10] http://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_Kuhn
diakses pada tanggal 22 Maret 2015
[11] Muhammad A. S. Hikam, , Islam Demokrasi dan Pemberdayaan Civil
Society,2000. Jakarta, Erlangga.
[12] Thomas Kuhn, peran paradigm
dalam revolusi sains, terj dari The Structure of Scientific Revolutions.
Bandung: CV Remaja Karya. 1993. Hlm 35-41
[13] Thomas S.Kuhn,The Structure of Scientific Revolutions, (Chicago: The
University of Chicago Press, 1970),Hlm 170-171
Tidak ada komentar:
Posting Komentar