Oleh : Rizqiyah Ratu Balqis
Teringat cerita dari ibu, menjelang kelahiranku di tahun 1992 pada saat yang sama ayahku mendapat tugas yang mengharuskan beliau berangkat ke luar kota untuk menghadiri sebuah pelatihan P4 di Jakarta. Singkat cerita, ketika ayah berada di Jakarta, beliau mengirim sebuah surat pada ibu yang berada di Kencong- Jember dengan menanyakan kabar seputar kandungan ibu. Surat sampai ketangan ibu 4 hari kemudian, dan ibu langsung membalas surat tersebut ke esokannya. Belum surat sampai ke tangan ayah, ibu sudah melahirkanku karena memang pada waktu ayah ke Jakarta, ibu sedang hamil tua.
Dari cerita itu menggambarkan betapa sulitnya mengirim informasi pada era tersebut. Padahal waktu itu di tahun 1992, mengirim informasi lewat surat menyurat melalui pos sudah terbilang efisien. Karena tidak perlu lagi langsung menemui atau mengutus seseorang untuk menyampaikan berita atau informasi seperti pada masa kerajaan di Indonesia. Pada abad ke-9 M, Dinasti Seljuk sudah memiliki seorang Diwan Al-Barid (Menteri Pos dan Komunikasi). Saat Dinasti Umayyah berkuasa (661 M-750 M), wilayah kekuasaan Islam terbentang semakin luas. Untuk memudahkan komunikasi dengan para gubernur yang berkuasa di berbagai provinsi, kekhalifahan Umayyah mulai membentuk sistem perposan di dunia Islam. Dinasti Umayyah tercatat dalam sejarah dunia sebagai salah satu pencipta sistem perposan yang sangat penting1.
Pada
era millennium ketiga ini, kita tak perlu bersusah payah untuk menuliskan
sebuah informasi atau kabar pada seseorang dengan media kertas kemudian
menggunakan jasa layanan pos untuk mengirimkan surat. Terkadang informasi yang akan kita berikan
adalah sebuah informasi yang harus secara tepat dan cepat sampai pada orang
yang dituju untuk menerima informasi tesebut. Mungkin karena situasi dan
kondisi yang mengharuskan informasi itu cepat sampai ke tangan orang yang
dituju. Sekarang sudah banyak penyedia layanan untuk mengirimkan sebuah pesan
atau informasi singkat pada seseorang. Teknologi adalah satu ciri yang
mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi
keseluruhan sejarah.
Dewasa ini perkembangan teknologi di dunia
berkembang dengan sangat pesat, hampir setiap harinya ilmuwan-ilmuwan di dunia
menciptakan teknologi terbaru untuk memudahkan segala aktivitas manusia. Hal itu juga mempengaruhi
aktifitas manusia untuk selalu mengikuti perkembangannya, dari situ timbul
sisi positif maupun negative. Pada sisi positifnya, manusia
menjadi lebih berkembang maju seiring kemajuan teknologi informasi yang
diperoleh. Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan
sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain,
teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang
saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang
dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang,
tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya2.
Kemajuan teknologi komunikasi yang cepat dapat mempermudah komunikasi
antara suatu tempat dan tempat yang lain.
Namun, dari sisi negatifnya adalah dengan semakin
pesatnya komunikasi membuat bentuk komunikasi berubah yang asalnya berupa face
to face menjadi tidak. Hal ini dapat menyebabkan komunikasi menjadi hampa. Seseorang
yang terus menerus bergaul dengan komputer akan cenderung menjadi seseorang
yang individualis3.
Saat beberapa orang sedang
duduk bersama dengan keluarga, teman, sahabat, rekan bisnis dan lain
sebagainya, disaat yang bersamaan pula mereka bisa menjelajah ruang dan waktu
melalui teknologi informasi tersebut. Sebut saja melalui penggunaan Handphone,
manusia bisa berhubungan dengan manusia lain yang jaraknya bisa beribu-ribu
kilo meter hanya dengan lintasan waktu sekitar 2 menit untuk mengirim SMS. Hal ini
yang menjadikan sebuah ironi dimana mereka yang menggunakan teknologi informasi
tersebut dengan kurang bijak maka akan berdampak pada psikologi orang tersebut
sehingga mereka cenderung individualistic dan kurang menghargai adanya
kebersamaan. Mereka cenderung mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat,
hal itu menjadikan sebuah hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya
menjadi sebuah hubungan yang semu.
Menurut James Brook dan Iain
A. Boal mengatakan bahwa, “…teknologi virtual bersifat merusak tatkala hubungan
simulakranya mengambil interaksi tatap muka, yang justru kaya”4. Pada
masa sekarang ini, seolah kita diajak memasuki wilayah baru kebudayaan yang
kaya akan warna, nuansa, kaya tanda dan kaya citra, yang telah melampaui
batas-batas yang tidak dapat kita bayangkan sebelumnya5. Masyarakat saat
ini cenderung menikmati sebuah makna jauh dari pada makna kebersamaan dan
musyawarah dalam sebuah pertemuan. Maka dari itu muncul sebuah ungkapan yakni “Dunia
di Ujung Ibu Jari”
yang menggambarkan betipa kecilnya dunia kita sekarang ini
yang dapat kita lalui dengan ibu jari kita. Maka jika kita tidak bisa benar –
benar memanfaatkan teknologi yang semakin lama semakin cepat kemajuannya,
seiring berjalannya waktu pula manusia akan tenggelam pada dunianya sendiri. Tidak
lagi mementingkan orang banyak tapi hanya mementingkan ke-eksis-an dirinya
sendiri demi mendapatkan pengakuan khalayak maya. semakin
ketergantungan manusia dengan teknologi, maka jiwa sosialnya
berkurang mereka lebih senang menyendiri dengan teknologi dari pada mengikuti kegiatan yang lebih
bermanfaat atau ibadah dan manusia juga menjadi malas beraktivitas, malas bertemu orang lain, malas berkomunikasi antar tetangga, malas
membangun komunikasi yang baik antar sesama.
Maka
dari pada itu, diharapkan semakin mudah kita mendapatkan informasi dari segala
penjuru, bukan berarti kita harus melupakan jiwa sosial. Semakin maju teknologi informasi, semakin
maju pula rasa jiwa sosial kita. Perlu diingat bahwa yang menciptakan
tekonologi adalah manusia, oleh karena itu jangan sampai manusia itu sendiri
yang diperbudak oleh ciptaannya sendiri. Jangan sampai pengaruh teknologi
mengendalikan manusia, justru karena teknologi diciptakan oleh manusialah
sebaik-sebaiknya dikendalikan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan kehidupan
bermasyarakat.
Sumber Rujukan :
1http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/14/02/10/n0r05w-layanan-pos-di-era-kekhalifahan-islam
2http://anca45-kumpulan-makalah.blogspot.com/2011/12/dampak-teknologi-terhadap-kehidupan.html
3https://risyana.wordpress.com/2009/04/13/keuntungan-dan-kerugian-dalam-penggunaan-teknologi-informasi-dan-komunikasi-tik/
4James Brook
& Iain A. Boal. Resisting the virtual life. City Light. San Fransisco,
1995. Hlm vii
5Yasraf Amir
Piliang. Dunia Yang Dilipat (Tamasaya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan).
2011. Hlm 31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar